ledifha.com – TEXAS – Elon Musk memang sebenarnya dikenal dengan pendekatannya yang tersebut bukan konvensional di mengatur perusahaan.
Dalam hal ini, tampaknya ia memberikan kesempatan bagi staf X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) untuk mendapatkan saham perusahaan jikalau mereka itu dapat menunjukkan bahwa merekan layak mendapatkannya.
Seperti dilansir dari The Verge, ini bisa saja mencerminkan strategi motivasi yang digunakan ingin meyakinkan bahwa cuma karyawan yang dimaksud benar-benar berkontribusi secara signifikan yang mana mendapatkan imbalan tersebut.
Pendekatan semacam ini mungkin saja dimaksudkan untuk menggalakkan karyawan agar lebih banyak berfokus pada kinerja dan juga hasil, dan juga menjamin bahwa penghargaan saham diberikan untuk merek yang mana benar-benar memberikan nilai tambah pada perusahaan.
Namun, ini juga bisa jadi mengakibatkan tantangan, seperti prospek ketidakpastian tentang kriteria yang dimaksud digunakan untuk menilai kelayakan lalu bagaimana sistem evaluasi ini akan diimplementasikan secara adil.
Kebijakan ini, yang tersebut mengharuskan karyawan untuk “membuktikan” kontribusi mereka, bisa saja menambah ketegangan di area antara staf, teristimewa mengingat konteks ketidakpastian yang tersebut ada pada X.
Proses iklan yang digunakan tertunda serta keterlambatan di pembaruan ekuitas tahunan juga dapat menambah stres di dalam kalangan karyawan.
Dengan nilai perusahaan yang mana sangat lebih tinggi rendah dari nilai tukar pembelian Musk, kemudian adanya keterlambatan di memenuhi janji terkait pencairan saham, situasi ini menciptakan lingkungan kerja yang tersebut penuh tantangan.
Apalagi, dengan adanya kemungkinan PHK yang tersebut tambahan banyak, karyawan kemungkinan besar merasa tambahan tertekan untuk menunjukkan nilai merek agar dapat mendapatkan hibah saham.