Ibu Kota Rusia Sebut 50 Negara Bersatu Mengeroyok Rusia

Photo of author

By Almahdi Sharique

ledifha.com – MOSKOW Rusia mengeklaim sedang dikeroyok oleh 50 negara yang tersebut bersatu di dalam bawah panji-panji Nazi di dalam Ukraina.

Klaim itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang mana menuduh Barat terus-menerus ingin memecah belah negaranya.

Lavrov menyampaikan hal pernyataan yang dimaksud selama rapat dengan para peserta didik kemudian pengajar di area Moscow State Institute of International Relations pada hari Senin, hari pertama tahun ajaran baru dalam Rusia.

Menurutnya, Barat setiap saat khawatir bahwa Rusia terlalu kuat kemudian terlalu independen.”Ingin melakukan sesuatu tentang hal itu, sebaiknya memecahnya,” kata Lavrov.

“Sebuah kisah yang tersebut sangat indikatif terulang kembali dikarenakan hari ini, 50 negara sudah pernah bersatu melawan Rusia pada bawah panji-panji Nazi, mengingat esensi rezim [pemimpin negeri Ukraina Volodymyr] Zelensky,” lanjut dia, mengacu pada bantuan militer yang tersebut diberikan oleh Amerika Serikat juga sekutunya ke Kyiv dalam sedang konflik dengan Rusia.

Diplomat top Kremlin itu mencatatkan data bahwa pasukan negeri Ukraina telah terjadi beberapa kali direkam mengenakan lencana Nazi atau mengakibatkan spanduk yang mirip dengan yang tersebut digunakan oleh pasukan Adolf Hitler selama Perang Bumi II.

“Denaziifikasi” tanah Ukraina diidentifikasi oleh Presiden Rusia Vladimir Presiden Rusia sebagai salah satu tujuan utama operasi militer Wilayah Moskow terhadap Kyiv ketika diperkenalkan pada akhir Februari 2022.

Lavrov menegaskan bahwa Wilayah Moskow bukan akan bermain sesuai aturan Barat.”Tidak akan menanamkan dirinya pada berbagai skema yang mana dibuat tanpa partisipasi kami juga tanpa mempertimbangkan kepentingan Rusia,” ujarnya.

Namun, beliau mengungkapkan Presiden Kepala Negara Rusia telah dilakukan menjelaskan bahwa Wilayah Moskow masih terbuka untuk melakukan kontak dengan negara-negara Barat kolektif. “Dengan pemahaman, tentu saja, bahwa mereka itu akan meninggalkan kebijakan permusuhan mereka yang digunakan terbuka terhadap negara kami,” paparnya, seperti dikutipkan dari Russia Today, Selasa (3/9/2024).

Leave a Comment