ledifha.com – JAKARTA – Skor tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 46,9 poin atau 0,30 persen ke level Rp15.479 per Dolar Amerika setelahnya sebelumnya di tempat Rp15.526 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp15.534 per USD.
Pengamat bursa uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar Amerika Serikat melemah dipengaruhi penanam modal bersiap menghadapi minggu yang dipenuhi dengan data penting, termasuk laporan penggajian Negeri Paman Sam yang digunakan akan dirilis pada hari Jumat. Laporan pekerjaan ini diharapkan akan berdampak besar pada kebijakan Federal Reserve, yang mana akan dirilis pada tanggal 18 September.
“Antisipasi terhadap data penggajian ini menyusul komentar dari Ketua Fed Jerome Powell bulan lalu, yang digunakan menandakan dimulainya penurunan suku bunga dikarenakan kegelisahan tentang melemahnya lingkungan ekonomi tenaga kerja. Kemungkinan penurunan suku bunga pada konferensi Federal Reserve menjadi titik fokus bagi investor,” tulis Ibrahim pada risetnya, Rabu (4/9/2924).
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.526, Dibayangi Tumpukan Utang
Menurut alat CME FedWatch, ada potensi 63 persen untuk penurunan sebesar 25 basis poin serta prospek 37 persen untuk penurunan sebesar 50 basis poin. Secara keseluruhan, pangsa sudah memperhitungkan total 100 basis poin di penurunan suku bunga sepanjang tahun.
Sebelumnya, laporan media mengutip gubernur Bank Negeri Matahari Terbit yang dimaksud menegaskan kembali pada sebuah dokumen yang mana diserahkan terhadap panel pemerintah pada hari Selasa bahwa bank sentral akan terus meningkatkan suku bunga apabila kegiatan ekonomi dan juga kenaikan harga berjalan sesuai dengan yang tersebut diharapkan para pembuat kebijakan ketika ini.
Dari sentimen domestik, lingkungan ekonomi merespon positif terhadap data Inflasi Agustus 2024 tercatat 2,12 persen year on year (yoy), bergerak stabil didorong oleh penurunan sebagian besar nilai pangan. Meski demikian, pemerintah mewaspadai kemungkinan risiko musim kemarau yang mana dapat berdampak pada komoditas beras.
Inflasi biaya diatur pemerintah, tercatat mengalami kenaikan, yaitu menjadi sebesar 1,68 persen yoy didorong oleh kenaikan harga jual BBM nonsubsidi dan juga rokok.
Sementara itu, pemuaian nilai tukar bergejolak melanjutkan tren penurunan, tercatat 3,04 persen yoy. Penurunan nilai tukar pangan teristimewa didorong oleh pasokan yang digunakan melimpah seiring dengan masa panen juga turunnya biaya produksi seperti pakan jagung.
Baca Juga: Industri Pabrik RI Jeblok, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.525