ledifha.com – JAKARTA – Rusia mengimpor tambahan dari USD29 jt (atau setara Rp450 miliar) uang kertas dolar Amerika Serikat serta euro dari Rwanda tahun ini, meskipun ada sanksi Barat terhadap impor uang tunai. Hal ini berdasarkan laporan investigasi Vyorstka pada hari Senin, mengutip data rahasia bea cukai.
Seperti diketahui, Amerika Serikat serta Uni Eropa melarang ekspor uang kertas mereka itu ke Rusia pada Maret 2022. Hal itu dilaksanakan setelahnya invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Melansir dari the Moscow Times, Sejak itu, sekitar USD2,27 miliar dolar serta euro telah dilakukan dikirim ke Rusia dari negara-negara seperti Turki, Uni Emirat Arab, lalu negara lain yang mana belum memberlakukan pembatasan tersebut.
Menurut Vyorstka, pada tanggal 23 Januari, eksportir senjata milik negara Rusia, Rosoboronexport, mengimpor uang kertas senilai $29,21 jt dari Kementerian Perlindungan Rwanda.
Sebelumnya, pada 18 Januari, sebuah perusahaan yang dimaksud kurang dikenal bernama Aero-Trade, yang dimaksud menyediakan layanan belanja bebas bea untuk penerbangan dan juga bandara. Perusahaan itu mendaftarkan dua pengiriman ke Rusia: satu senilai USD20 jt lalu satu lagi seharga 20 jt euro (USD22,14 juta). Ini adalah dilaporkan merupakan impor terakhir dari apa yang secara umum disebut oleh Rusia sebagai mata uang “beracun” hingga setidaknya 30 April.
Reuters mengidentifikasi Aero-Trade sebagai satu-satunya perusahaan yang mengumumkan impor mata uang asing untuk tahun 2022 lalu 2023, melaporkan total uang kertas senilai USD1,5 miliar di 73 pengiriman, masing-masing bernilai USD20 jt di dolar atau euro. Sumber lalu tujuan pasti uang tunai yang dimaksud tidaklah dapat ditentukan.
Dalam sebuah pernyataan pada pada waktu itu, Aero-Trade mengungkapkan bahwa merekan “tidak terlibat di pasokan mata uang keras ke Rusia.” Rwanda termasuk di tempat antara mayoritas anggota PBB yang tersebut mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.