Joko Supriyono Pengenalan Buku Tantangan kemudian Strategi Industri Sawit Berkelanjutan

Photo of author

By Badriyah Fatinah

ledifha.com – JAKARTA – Mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono merilis buku berjudul “Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global”.

Buku yang tersebut ditulis Ketum Gapki periode 2015-2023 yang disebutkan merangkum banyak tantangan dan juga solusi yang melingkupi sektor kelapa sawit beberapa tahun terakhir. Selain mengenai sustainability, lapangan usaha yang menjadi andalan Indonesia yang dimaksud hingga pada masa kini miliki risiko stagnansi produktivitas.

“Di sisi lain, kelapa sawit telah terjadi menjadi bagian integral dari lanskap sumber energi global sehingga Indonesia dirasa perlu fokus pada strategi global maupun regional untuk menentukan masa depan kelapa sawit,” ujar Joko pada acara peluncuran lalu bedah buku, diambil Kamis (5/9/2024).

Baca Juga: Gapki Catat Produksi CPO Naik 9,2% Jadi 4,5 Juta Ton di tempat Oktober 2023

Joko menyatakan buku pertamanya ini adalah refleksi sekaligus evaluasi melawan perjalanan panjangnya menggeluti karir dalam sektor kelapa sawit lebih besar dari 38 tahun. “Ada segudang cerita suka, duka, kritik sekaligus solusi yang tersebut ia rangkum pada buku yang digunakan telah terjadi ditulis selama 2 tahun belakangan,” kata Joko.

Pria kelahiran Nganjuk, 20 Mei 1962 itu juga menyebutkan kelapa sawit sedang berada dalam persimpangan jalan menuju kembali masa jayanya atau stagnansi. Oleh sebab itu dukungan dari segenap stakeholders seperti pemerintah serta pelaku usaha diperlukan untuk menopang peningkatan komoditas andalan ini.

“Harapan saya dengan buku ini bisa saja membuka mata banyak pihak agar komoditas ini bisa saja kembali berjaya. Jangan sampai seperti komoditas lain yang tersebut nasibnya meredup seperti kakao, kapas dan juga karet juga gula dulu pernah menjadi andalan ekspor Indonesia namun sekarang ini kita malah harus impor,” kata dia.

Menurut beliau kelapa sawit memiliki pesaing minyak nabati lain seperti biji bunga matahari atau rapeseed. Setiap negara produsen minyak-minyak nabati yang dimaksud melakukan proteksi khusus untuk menjaga keberlangsungan industrinya masing-masing.

Sustainability, lanjut Joko Supriyono, menjadi tantangan utama pada meraih kemenangan persaingan minyak nabati dunia. Pasalnya, label sustainability kerap dijadikan alat untuk melakukan kampanye negatif oleh para pesaing. Padahal, kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi pemakaian komponen bakar fosil yang digunakan tidak ada bisa jadi diperbarukan. Sebagaimana diketahui, minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk memproduksi bio diesel secara massal.

“Kejayaan kelapa sawit perlu komitmen yang besar dari pemerintah kemudian pelaku bisnis untuk menjaga produksi juga produktivitas. pemerintahan juga perlu terlibat melakukan diplomasi yang tersebut luas, advokasi, litigasi serta retaliasi. Perlu ada proteksionisme yang digunakan sejenis diadakan oleh negara-negara lain,” tegasnya.

Leave a Comment