ledifha.com – JAKARTA – Berbicara dalam Wadah Kerja Sama Tiongkok-Afrika dalam Beijing, Presiden China Xi Jinping menyampaikan banyak janji mencakup perdagangan, rantai pasok industri, konektivitas infrastruktur, kesehatan, pertukaran antar warga kemudian keamanan.
Jangkauan ke benua ini dijalankan ketika China berupaya memberikan pengaruh lebih tinggi besar dalam negara-negara tumbuh dalam Global Selatan atau Global South. Namun, cakupannya kemungkinan akan menarik perhatian di dalam berada dalam meningkatnya kegelisahan mengenai kemampuan negara-negara penerima bantuan untuk membayar utangnya.
“Setelah hampir 70 tahun kerja keras, hubungan China-Afrika pada saat ini berada pada periode terbaik di sejarah,” ujar Xi Jinping untuk delegasi tambahan dari 50 negara Afrika yang digunakan mengunjungi rapat tiga tahunan tersebut, yang dijalankan sejak tahun 2000 kemudian bergantian antara China lalu Afrika.
Baca Juga: Mengenal Linda Sun, Politikus yang digunakan Dituding sebagai Agen Ganda China di tempat Amerika Serikat
Ketika cetak biru perkembangan Agenda 2063 Uni Afrika sejalan dengan jalur pengerjaan jangka panjang China, Xi mengungkapkan pendekatan kedua belah pihak pasti akan mengatur tren modernisasi di area Planet Selatan. Dari 360 miliar yuan pembiayaan, 210 miliar yuan akan disalurkan di bentuk pinjaman dan juga sisanya berasal dari berbagai bantuan, termasuk 70 miliar yuan untuk memperkenalkan penanaman modal perusahaan China di area Afrika.
Pinjaman yang disebutkan berjumlah rata-rata sekitar USD10 miliar per tahun selama tiga tahun ke depan atau USD30 miliar setara Rp462 triliun sama dengan komitmen tahunan yang digunakan dijanjikan melalui Belt and Road Initiative sekitar satu dekade lalu.
Sebagai perbandingan, pemberi pinjaman dari China memberikan pinjaman sebesar USD4,61 miliar terhadap delapan negara Afrika pada 2023, menurut sebuah studi terbaru dari Pusat Kebijakan Pembangunan Global Universitas Boston.
Meskipun total yang disebutkan merupakan peningkatan pertama sejak 2016, penulis laporan yang disebutkan mengungkapkan bahwa China tidaklah kemungkinan besar meningkatkan pengeluarannya oleh sebab itu hambatan keberlanjutan utang. Para analis termasuk Jana de Kluiver, orang peneliti pada Institute of Security Studies di tempat Afrika Selatan, mempertanyakan struktur model pinjaman China.
“Kekhawatiran yang digunakan sesungguhnya adalah sifat dari proyek-proyek yang didanai oleh pinjaman-pinjaman ini, dengan dengan kurangnya transparansi lalu pilihan-pilihan yang tersebut terbatas untuk restrukturisasi kemudian kekhawatiran-kekhawatiran lainnya,” kata Kluiver dilansir dari Nikkei Asia, hari terakhir pekan (6/10/2024).
Tawaran keuangan dari Tiongkok kemungkinan akan disambut baik oleh sebab itu sejumlah negara kurang tumbuh di area Afrika yang tersebut membutuhkan pendanaan kemudian penanaman modal untuk mencapai tujuan pengerjaan tetapi kemungkinan besar akan ada beberapa tantangan.