Deteksi Penyakit Jantung Bawaan pada Janin pada Trimester Pertama Kehamilan

Photo of author

By Atikah Zahirah

ledifha.com – Jakarta – Usia kehamilan 18-22 minggu merupakan waktu ideal untuk mendeteksi jantung janin apabila ada kecurigaan tiada normal atau memiliki faktor risiko penyakit jantung bawaan (PJB). Pakar kardiologi anak Departemen Pengetahuan Bidang Kesehatan Anak FKUI RS Cipto Mangunkusumo Ibukota Indonesia dr. Sarah Rafika Nursyirwan Sp.A(K) menyatakan ada beberapa faktor yang mana sanggup dicegah untuk mengempiskan risiko terganggunya perkembangan jantung janin di tempat trimester pertama kehamilan.

“Yang perlu diwaspadai dari teratogen yang dimaksud mengganggu perkembangan janin yaitu retinoid acid yang mana rutin dipakai ibu-ibu untuk obat jerawat pada trimester pertama sangat mempengaruhi, konsumsi alkohol atau fetal alcohol syndrom, hati-hati sekali hindari alkohol,” katanya di diskusi daring, Kamis, 5 September 2024.

Sarah menyatakan paparan asap rokok juga harus dihindari pada masa trimester pertama, baik pasif atau paparan dari orang lain maupun aktif, atau ibu hamil yang merokok. Faktor lain yang tersebut dapat dicegah adalah infeksi virus kemudian bakteri seperti tokso, rubela, infeksi cytomegalovirus yang digunakan dapat mempengaruhi perkembangan jantung janin.

Ia mengungkapkan hal ini sangat berpengaruh dikarenakan pembentukan jantung mulai terjadi dalam delapan minggu pertama. Pada pada waktu itu, jantung janin telah sempurna terbentuk dalam di isi sehingga trimester pertama merupakan waktu krusial bagi ibu hamil menjaga isi dengan baik.

“Ibu hamil dengan riwayat epilepsi konsumsi obat tertentu itu bisa jadi mempengaruhi jantung bawaan. Jalan keluar lain captopril itu di dalam trimester pertama hati-hati, pastikan pada waktu kontrol beri tahu dokter lagi konsumsi obat apa,” tambahnya.

Faktor pemicu lain
Sementara itu, ada beberapa faktor lain yang juga menyokong terbentuknya jantung bayi sehat selama masa kehamilan, yaitu harus memenuhi asupan nutrisi, baik mikronutrien lalu makronutrien. Namun, ada kondisi ibu hamil yang telah ada riwayat sakit sebelum kehamilan yang mana kemungkinan besar tak sanggup dihindari, yakni penyakit gula melitus. Bayi akan lahir dengan berat badan besar juga indikasi hipoglikemia atau gula darah rendah yang dimaksud berhubungan dengan kelainan jantung dari ringan hingga berat.

Pada kondisi ini, bayi yang digunakan lahir sanggup menderita transposisi arteri yang digunakan langka dan juga kompleks sehingga anak lahir dengan tubuh membiru lalu bisa saja mengalami hipertrofi kardiomiopati atau kondisi otot jantung tebal sehingga menyumbat saluran darah mengundurkan diri dari dari aorta yang dimaksud menjadi gejala gagal jantung.

“Dan yang harus dilihat riwayat genetik misal dari anak pertama sekandung PJB risikonya meningkat, apalagi ibu juga PJB. Anak yang digunakan dilahirkan mampu 10 – 15 persen berisiko terjadinya PJB,” jelas Sarah.

Untuk menghindari anak lahir dengan penyakit jantung bawaan, Sarah menyarankan ibu hamil rutin kontrol kehamilan dengan dokter kandungan. Fotomaternal lalu USG jantung dengan dokter jantung anak jikalau ada kecurigaan tidak ada normal atau mempunyai faktor risiko. USG dengan fetal ekokardiografi idealnya bisa saja diadakan pada 18-22 minggu kehamilan sebab pada masa ini jantung telah terlihat jelas untuk dianalisa.

Leave a Comment