Deflasi Selama 4 Bulan, Ekonom Prediksi BI Rate Turun ke 6%

Photo of author

By Hafsha Kamilatunnisa

ledifha.com – JAKARTA – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 17-18 September 2024 ini punya dua pilihan, antara menahan suku bunga acuannya di dalam 6,25 persen atau menurunkan BI Rate sebesar 0,25 basis poin.

Ekonom Senior dan juga Associate Faculty LPPI, Ryan Kiryanto mengungkapkan bahwa apabila BI ingin tetap saja mengupayakan stimulus perkembangan ekonomi, sebetulnya ada ruang untuk menurunkan BI Rate ke 6 persen.

“Pertimbangannya adalah memasuki semester kedua ini, ada indikasi terjadi pelemahan dunia usaha atau perlambatan. Beberapa pertimbangannya menggalang bilangan bulat pengangguran. Kita juga setiap hari, kita dengar berita-berita dari Anda-Anda sekalian, PHK nambah terus, kemudian PMI-nya juga sudah ada di dalam bawah ambang patas 50, sudah ada masuk zona kontraksi,” ungkap Ryan ketika ditemui di tempat Sarinah, Jakarta, Kamis (12/9/2024).

Pertimbangan lainnya, menurut Ryan adalah yang dimaksud paling serius, yaitu terjadinya deflasi selama empat bulan berturut-turut. Ryan menilai deflasi yang dimaksud sudah ada menunjukkan sinyal kuat bahwa memang sebenarnya kegiatan konsumsi masyarakat, ada kecenderungan mengecil atau melemah.

“Siapa yang dimaksud melemah menurut BPS? Yaitu dia yang digunakan masuk kategori kelas menengah. Kelas menengah adalah merekan yang dimaksud membelanjakan uangnya setiap hari minimal USD3, nah USD3 itu ekuivalen dengan berapa? Kalikan hanya dengan 15.500. Nah itulah kelompok kelas menengah yang sekarang telah mulai, sebagian telah downgrade. Tidak lagi masuk kelas menengah, tapi masuk kelas pra kelas menengah,” jelasnya.

Adanya ruang penurunan suku bunga ke 6 persen juga berdampak ke perekonomian oleh sebab itu cepat atau lambat, akan tertransmisi ke sektor bunga pinjaman atau bunga kredit.

“Kalau bunga kredit, mudah-mudahan ini mendorong, mensimulasi pelaku usaha, termasuk pribadi-pribadi kita untuk berani mengajukan kredit,” kata Ryan.

Untuk pengusaha, Ryan menilai akan tambahan mudah mengajukan kredit modal kerja lalu kredit investasi, tapi bagi orang-orang individu, berani mengajukan kredit konsumtif.

Kembali lagi, lanjut Ryan, jikalau suku bunga itu mampu turun, ini memberikan stimulus atau dorongan terhadap sektor perbankan untuk juga menyesuaikan suku bunga sesuai dengan arah kebijakan Bank Indonesia.

“Dan BI, saya lihat, sekarang kecenderungannya, sebab kemarin telah pro-stability, rupiahnya telah menguat, naiknya harga sudah ada terkendali, saatnya kemungkinan besar BI harus pro growth,” pungkasnya.

Leave a Comment