Cagah Abrasi Kalteng, GAPKI Kelola 50 Hektar Lahan Mangrove

Photo of author

By Erina Syifa

ledifha.com – JAKARTA – Kerusakan garis pantai menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di dalam Kalimantan Tengah (Kalteng). Berdasarkan kajian resiko bencana nasional Kalimantan Tengah, gelombang ekstrem yang dimaksud muncul akibat siklon tropis ini mengakibatkan prospek abrasi dalam Kalteng. Kotawaringin Barat (Kobar) disebut memiliki luasan abrasi tertinggi pada Kalteng.

“Kabupaten Kobar sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilaksanakan oleh semua pihak,” tegas Pejabat Kepala Kabupaten Kotawaringin Barat, yang tersebut diwakili oleh Asisten II Setda Kobar, Kamaludin di acara investasi bakau atau mangrove yang tersebut diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di tempat Desa Sebuai, Kotawaringin Barat, sabtu (14/9/23)

Kegiatan yang merupakan tahap ketiga ini diinisiasi oleh GAPKI dengan dengan Kementerian Koordinator Sektor Kemaritiman juga Penyertaan Modal (Kemenko Marves) dan juga melibatkan Tim Tani Talok pada Desa Sebuai, Kobar ini dijalankan pada melawan lahan 20 Hektar dengan menggunakan 55 ribu bibit mangrove.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengungkapkan sebanyak 88 ribu pohon mangrove berhasil dikelola pada 30 hektar pesisir pantai di tiga tahun terakhir. “Keberhasilan pengelolaan mangrove ini ditunjukkan dari tingkat kelangsungan hidup mangrove yang mana mencapai 90 persen,” ucap Mukti.

Dengan adanya kegiatan rehabilitasi pada 2024 ini, maka kegiatan yang dimaksud sudah berjalan sejak 2021 yang disebutkan telah terjadi menginvestasikan lebih banyak dari 140 ribu mangrove dalam berhadapan dengan 50 hektar lahan. “Kegiatan ini sebagai komitmen GAPKI pada pelestarian lingkungan yang digunakan berkesinambungan,” tegas Mukti. Lebih lanjut, Ia berharap, kegiatan ini dapat menggugah seluruh pihak akan pentingnya penanganan abrasi.

Kepala Desa Sebuai, Tohari menyampaikan inisiatif rehabilitasi yang tersebut diinisiasi GAPKI dengan dengan Kemenko Marves memberikan dampak panjang yang digunakan luar biasa. Menurutnya, bukanlah hanya sekali mampu menahan abrasi dengan sangat efektif, rehabilitasi mangrove juga menciptakan lingkungan baru bagi biota laut.

“Pergeseran abrasi pantai terus bertambah akibat inovasi iklim, rehabilitasi mangrove menjadi langkah nyata di penanganan abrasi. Pengembangan Usaha ini memberikan dampak secara langsung terhadap seluruh lapisan penduduk juga tentu sekadar untuk lingkungan, teristimewa sebagai sumber berkembang kembangnya lingkungan laut” tegas Tohari.

Baginya, area konservasi mangrove bukan belaka menjaga ekosistem pantai secara berkelanjutan, namun mampu memberikan hidup baru bagi tumbuhan juga binatang yang memberikan khasiat kemudian mata pencaharian baru bagi warga setempat dalam Desa Sebuai.

Leave a Comment