Kejatuhan Apple dalam China: Ternyata Bukan Salah Huawei!

Photo of author

By Fitri Rafifah

Ledifha.com – CHINA – Dulu, peluncuran iPhone adalah sebuah tontonan global. Penggemar Apple atau Apple Fanboy yang dimaksud antusias mengantre di area luar Apple Store adalah pemandangan yang biasa dalam kota-kota besar seperti New York kemudian Shanghai.

Namun kini, cengkeraman Apple di tempat China, dunia usaha terbesar kedua dalam dunia, mulai mengendur. Pada pertengahan 2024, pangsa lingkungan ekonomi Apple merosot ke angka14%, menempatkannya pada sikap keenam di tempat bawah Vivo, Oppo, Honor, Xiaomi, serta tentu saja, Huawei.

Lalu, apa yang dimaksud sebenarnya terjadi?

Banyak yang mana tergoda untuk menyalahkan ketegangan geopolitik kemudian nasionalisme konsumen China. Namun, jawaban yang lebih tinggi jelas terletak pada penawaran Apple yang mana kurang menarik di tempat negara tersebut.

iPhone 16: Hanya Sekadar Ganti Baju?

Peluncuran iPhone 16 terasa seperti lagu lama yang diputar ulang. Chip A18 yang sedikit lebih besar cepat, layar yang tersebut sedikit lebih banyak besar dengan bezel yang tersebut lebih besar tipis, lalu tombol kontrol kamera baru di area samping. Semua peningkatan itu bersifat inkremental. Tanpa ada gebrakan berarti.

Reaksi penanam modal mencerminkan ambivalensi konsumen. Saham Apple turun 3% pasca laporan pre-order iPhone 16 Pro serta Pro Max lebih lanjut rendah dari pendahulunya.

Apple bahkan memangkas nilai tukar iPhone 16 dalam Australia serta India, seolah mengantisipasi permintaan yang digunakan lemah.

Harapan pada Ujung Tanduk: Kecerdasan Buatan

Jika penyempurnaan hardware tak lagi mampu memikat konsumen, Apple masih punya satu kartu AS: kecerdasan buatan (AI).

“Apple Intelligence” digadang-gadang akan mengintegrasikan kemampuan chatbot Artificial Intelligence seperti Pengolah Bahasa Alami GPT juga Gemini ke di satu perangkat, menawarkan pengalaman pengguna yang digunakan lebih lanjut lancar juga berpusat pada privasi.

“Namun sayangnya, Apple bukan miliki model Kecerdasan Buatan sendiri. Mereka akan menyuntikkan teknologi Open Artificial Intelligence ke pada Siri juga layanan lainnya. Semua fungsi Teknologi AI akan diproses di area perangkat, melindungi privasi data pengguna lalu meningkatkan kecepatan pemrosesan. Siri akan menjadi pintar dan juga mampu mengantisipasi permintaan pengguna,” tegas Howard Yu, Professor of Management and Innovation di dalam IMD business school pada Swiss kemudian menjabat sebagai Direktur Studi Center for Future Readiness.

Sayangnya, layanan Kecerdasan Buatan ini tiada akan menyelamatkan Apple dalam China.

“Sebab, China tidak ada mengizinkan layanan Kecerdasan Buatan asing seperti ChatGPT. Apple memang sebenarnya berencana bekerjasama dengan Baidu, tetapi model Kecerdasan Buatan lokal masih kalah canggih dibandingkan OpenAI,” beber Howard.

Inovasi Hardware Pesaing Lokal

Di sisi lain, Huawei, Oppo, juga Vivo terus memacu pembaharuan hardware. Huawei Mate XT, smartphone lipat tiga yang mana lebih banyak tipis dari Samsung kemudian seukuran iPad mini ketika dibuka, telah lama menarik perhatian dengan lebih banyak dari 3 jt pre-order meskipun dibanderol dengan biaya USD2.800.

Namun, bukanlah Huawei hanya yang mana menjadi penyulut utama kesulitan Apple. Oppo kemudian Vivo terus meningkatkan daya saing mereka: menangguhkan kesenjangan dengan Apple di hal keandalan, efisiensi biaya, lalu ciri hardware.

Dekopling Teknologi AS-Tiongkok

Dekopling teknologi antara Amerika Serikat juga Tiongkok telah lama memperburuk situasi. Apple akan terus mendominasi bursa Barat, tetapi bursa China sekarang kembali jadi milik perusahaan lokal. Terlepas dari hubungan dekat yang telah dilakukan dibina Apple dengan China selama beberapa dekade, bahkan Tim Cook pun tidaklah dapat melawan tren ini.

Leave a Comment