Ledifha.com – BEIJING – DJI perusahaan drone menggugat Departemen Keamanan Amerika Serikat, lantaran memasukkan perusahaan yang dimaksud ke di daftar yang mana melabelinya sebagai perusahaan milik militer China.
DJI sendiri menyatakan telah lama mencoba menghubungi Amerika Serikat terkait hambatan ini selama tambahan dari 16 bulan, namun tak berhasil.
Karena tak ada alternatif lain, sekarang ini DJI mengajukan gugatan juga mengakibatkan permasalahan yang dimaksud ke Pengadilan Federal.
DJI sendiri menegaskan bahwa dia tak dimiliki atau dikendalikan oleh militer Tiongkok, kemudian pelabelan ini berdampak pada kegiatan bisnis mereka.
DJI sebelumnya masuk di daftar yang disebutkan pada tahun 2022, sehingga menimbulkan berbagai perusahaan dan juga organisasi Amerika Serikat tidaklah dapat bekerja serupa atau bertransaksi dengan perusahaan yang tersebut ada pada daftar tersebut.
China sendiri memiliki rencana yang mana sedang dijalankan. Negara yang disebutkan merupakan produsen drone komersial terbesar pada dunia.
Dalam sebuah pengarahan menyusul pernyataan Paparo terhadap the Post, Beijing menyampaikan peringatan Washington bahwa merek sedang melakukan perbuatan yang mana berisiko.
“Mereka yang tersebut berteriak untuk mengubah negara lain menjadi neraka haruslah menjadi pihak bersiap untuk terbakar di area neraka,” ujar Kolonel Senior Wu Qian, juru bicara Kementerian Defense China seperti dilansir dari SCMP.
“Tentara Pembebasan Rakyat [China] mampu melawan serta meraih kemenangan dengan menggagalkan intervensi eksternal dan juga menjaga kedaulatan nasional serta integritas wilayah kami. Kami tidak ada mempan dengan ancaman dan juga intimidasi,” tambah Wu.
Upaya China untuk mengembangkan pemanfaatan drone telah terjadi diperkuat oleh komitmen Xi Jinping pada pengembangan teknologi lalu modernisasi di area sektor militer, ungkap para analis.