Ledifha.com – CHINA – Perang nilai tukar di dalam pangsa mobil listrik China diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2025. Para produsen EV berlomba-lomba untuk menarik konsumen dengan menawarkan insentif dan juga diskon.
Pemerintah China juga terus menggalang peningkatan pangsa EV dengan memberikan subsidi kemudian stimulus fiskal. Persaingan yang digunakan ketat ini diharapkan dapat mempercepat adopsi kendaraan listrik kemudian memacu perubahan di dalam sektor otomotif global.
Perang tarif pada bursa mobil listrik China kian memanas! Para produsen kendaraan listrik (EV), termasuk Nio serta Li Auto, mengikuti jejak Tesla kemudian BYD dengan menambah masa berlaku insentif pembelian hingga awal 2025.
Ternyata, kendati bursa EV dalam China telah sangat “mature”, tapi tetap saja cuma pabrikan mobil listrik perlu memberikan insentif sebab persaingan dianggap berat.
Bahkan, persaingan tarif dalam lingkungan ekonomi otomotif terbesar pada dunia ini sudah pernah berlangsung selama tiga tahun juga belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Insentif Pembelian untuk “Gaet” Konsumen
Li Auto mengumumkan subsidi tunai sebesar 15.000 yuan (sekitar Rp32 juta) per pembelian mobil, dan juga skema pembiayaan tanpa bunga selama tiga tahun.
Nio juga meluncurkan acara pinjaman tanpa bunga yang mirip untuk para pembeli EV bermerek Nio lalu Onvo.
Insentif ini diberikan untuk mengupayakan pembelian sebelum skema subsidi pemerintah untuk tahun baru dimulai. Lebih dari 5,2 jt mobil yang terjual hingga pertengahan Desember telah terjadi memanfaatkan subsidi dari pemerintah China.
Pemerintah China “Genjot” Stimulus Fiskal
Pemerintah China telah dilakukan mengindikasikan perpanjangan inisiatif trade-in barang konsumen pada 2025. Tetapi detail implementasi kebijakan ini secara nasional masih belum jelas.
Nanjing, ibu kota provinsi Jiangsu dalam Tiongkok timur, mengungkapkan bahwa mereka itu akan terus memberikan subsidi hingga 4.000 yuan (sekitar Rp8,5 juta) per pembelian mobil tahun ini.
Otoritas China telah lama menyetujui penerbitan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan (sekitar Rp6.384 triliun) tahun ini, sebagai upaya untuk meningkatkan stimulus fiskal juga menghidupkan kembali perekonomian yang digunakan melemah, sebagian melalui acara subsidi.
BYD juga Tesla “Panaskan” Persaingan
BYD, produsen EV lokal yang tersebut berhasil melampaui jualan Ford serta Honda secara global pada 2024, telah lama menawarkan diskon hingga 11,5% untuk dua modelnya — satu hybrid juga satu EV — sejak Desember.
Tesla, yang mana memicu peperangan nilai tahun lalu, telah terjadi melanjutkan diskon 10.000 yuan (sekitar Rp21 juta) untuk pinjaman Model Y terlaris merekan di dalam China hingga akhir bulan ini.
Dampak Perang Harga dan juga Insentif
Perang nilai dan juga insentif yang diberikan oleh para produsen EV sudah pernah menggerakkan pemasaran kendaraan listrik di dalam China. Penjualan EV serta plug-in hybrid, yang mana secara kolektif dikenal sebagai new energy vehicles (NEV) di area China, melampaui 10 jt unit tahun lalu, berkat inisiatif trade-in bersubsidi pemerintah hingga 20.000 yuan (sekitar Rp42,6 juta) per unit NEV.
Namun, data resmi menunjukkan bahwa perdagangan ritel yang digunakan terkait dengan otomotif mengalami kontraksi sebesar 0,7% year-on-year di 11 bulan pertama, dibandingkan dengan peningkatan 3,5% pada total transaksi jual beli ritel dalam China. Hal ini menunjukkan dampak dari pemotongan nilai tukar terhadap profitabilitas industriotomotif.