Ledifha.com – JAKARTA – Bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) bertambah tiga kali lipat sangat jauh lebih tinggi tinggi dibandingkan dengan kartu kredit . PEFINDO Biro Kredit (IdScore) menyampaikan, pengajuan prasarana kredit paylater mencapai 48,4 jt per Oktober 2024. Sementara kartu kredit semata-mata sebesar 13,9 juta.
Dari segi pertumbuhan, penetrasi kredit pay later bertambah signifikan mencapai 28,64%, sedangkan kartu kredit belaka bertumbuh 3,22%.
Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi mengatakan, sebagian faktor disebut memengaruhi peningkatan BNPL apabila dibandingkan kartu kredit yakni adanya fleksibilitas dan juga kenyamanan, promo menarik, terdapat kemudahan atau instant approval, UI-UX yang mana relevan dengan kalangan muda serta dinilai selaras dengan gaya hidup, juga terintegrasi dengan online merchant atau e-commerce.
“Yang paling penting alasannya bagi kalangan muda, sebab disitu telah terintegrasi dengan proses langsung,” kata Tan Glant di Dunia Pers Gathering di dalam Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Per November 2024, peningkatan prasarana BNPL tercatat sebesar 24,53 persen secara tahunan, dengan total nilai portofolio kredit mencapai Rp35,14 triliun. Ke depan, pertumbuhan BNPL diproyeksikan akan mencapai 30% pada Desember 2025, sejalan dengan prediksi pertumbuhan portofolio kredit nasional yang mana juga diperkirakan mencapai dua digit.
Tan Glant mengungkapkan, peningkatan itu didorong oleh integrasi prasarana BNPL ke di layanan perbankan. Pasalnya, bank umum semakin agresif memasuki industri BNPL dengan pertumbuhan secara tahunan yang signifikan mencapai 68,24 persen.
“Karena dia (bank umum) telah punya kekuatan dana, cost of fund-nya juga tambahan diskon dibandingkan peserta pay later pada umumnya, sehingga merek lebih tinggi disukai,” ujar Tan Glant.
Pengguna sarana buy now pay later (BNPL) masih didominasi oleh generasi muda yakni Gen Z kemudian Milenial. Sebesar 48,27% merupakan Gen Millenials, 39,94% merupakan Gen Z, dan juga 11,35% merupakan Gen X.
“Kalau data nominatif, jumlah agregat infrastruktur kreditnya itu 48,4 jt dan juga jumlah total debitur 16,5 juta, makanya kalau kita lihat jumlah agregat sarana melebihi jumlah total debitur, kurang lebih banyak hampir tiga infrastruktur berdasarkan satu debitur, rata-rata pay laternya sekitar Rp855 ribu,” kata Tan Glant.