Ledifha.com – JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, institusi institusi belajar pada seluruh dunia, termasuk di area Indonesia, semakin bergantung pada layanan Software as a Service (SaaS) produktivitas untuk memperkuat operasional dan juga pembelajaran.
Namun, pembaharuan signifikan dari penyedia SaaS global, seperti Google lalu Microsoft, menuntut institusi lembaga pendidikan untuk mengevaluasi kembali strategi teknologi mereka.
Hal yang dimaksud disampaikan oleh Rex Huang, Direktur Penjualan Synology Asia Pasifik kemudian Jepang. “Dengan beralih ke solusi produktivitas on-premise, institusi institusi belajar dapat memulai pembangunan fondasi digital lebih tinggi kuat, memperkuat keinginan pengajar kemudian siswa di jangka panjang, dan juga menegaskan keamanan kemudian kendali penuh berhadapan dengan data mereka,” bebernya.
Rex mengatakan, pasca Google mengakhiri penyimpanan gratis tanpa batas pada 2022, saat ini Microsoft mengumumkan pembaruan signifikan pada layanan edukasinya. Dengan kenaikan biaya kemudian keterbatasan fitur, institusi sekolah menghadapi tantangan baru pada menjaga efisiensi kemudian aksesibilitas.
Perubahan Kebijakan Microsoft 365 Education
Mulai Januari 2025, Microsoft akan mengimplementasikan inovasi besar pada paket Microsoft 365 Education. Perubahan ini mencakup penghentian Office 365 A1 Plus, pembatasan penyimpanan semata-mata 100TB per tenant, kemudian penyesuaian lisensi yang mana membatasi pemanfaatan program seperti Word, Excel, dan juga PowerPoint hanya sekali di versi web.
Rex menyebut, kebijakan ini dapat memaksa banyak sekolah untuk beralih ke paket berbayar yang dimaksud lebih banyak mahal. Selain permasalahan biaya, risiko privasi lalu kepatuhan juga menjadi perhatian utama. Sekolah mengurus data yang mana sangat sensitif, mulai dari catatan akademik siswa, informasi keuangan, hingga riset penting.
Menurut data dari Netwrix (2024), hampir 80% institusi sekolah menjadi sasaran serangan siber setiap tahunnya. Regulasi seperti FERPA (di Amerika Serikat) serta GDPR (di Uni Eropa), dan juga peraturan privasi data yang tersebut berlaku dalam Indonesia, mewajibkan pengelolaan data yang aman, privat, dan juga dapat diaudit. Persyaratan ini tak terus-menerus dapat dipenuhi oleh layanan SaaS.
Solusi On-Premise sebagai Alternatif
Menghadapi tantangan ini, Rex menyatakan bahwa berbagai sekolah mulai mempertimbangkan pendekatan on-premise untuk sistem produktivitas mereka. Dibanding SaaS yang dimaksud rentan terhadap kenaikan tarif juga inovasi layanan tanpa pemberitahuan, solusi on-premise menawarkan stabilitas jangka panjang, biaya yang digunakan lebih banyak terprediksi, dan juga skalabilitas penyimpanan yang mana fleksibel. “Dengan data yang dimaksud disimpan secara lokal, sekolah dapat menegaskan proteksi privasi yang tersebut lebih tinggi baik dan juga mematuhi standar kepatuhan yang mana berlaku,” bebernya.
Ia menunjukkan solusi on-premise yang mana dirancang untuk menggalang kolaborasi di dalam lingkungan sekolah Synology Office Suite. Solusi ini disebut Rex menawarkan ciri penyimpanan file yang mana aman, pengaturan izin berbagi yang digunakan fleksibel, pengeditan dokumen secara real-time, juga sistem komunikasi instan.
“Synology Office Suite membantu sekolah meningkatkan efisiensi pada manajemen akademik, baik untuk proyek kelompok siswa maupun pengelolaan dokumen staf pengajar,” bebernya.
Keunggulan Menyimpan Informasi Siswa pada Server Sekolah
– Ketenteraman Data: Fakta disimpan secara lokal di dalam server sekolah, memberikan kontrol penuh menghadapi privasi serta keamanan data.
– Efisiensi Biaya: Biaya awal pembangunan ekonomi perangkat keras dapat lebih tinggi terprediksi dibandingkan dengan langganan SaaS yang dimaksud berulang.
– Skalabilitas: Kapasitas penyimpanan dapat disesuaikan dengan keperluan sekolah.
– Kontrol Penuh: Sekolah memiliki kendali penuh berhadapan dengan sistem dandatamereka.