Ledifha.com – JAKARTA – Terdapat banyak penyulut hipotermia di area gunung yang dimaksud sanggup diketahui. Faktor-faktor yang disebutkan rutin menjadi ancaman serius bagi para pendaki, khususnya dalam gunung dengan kondisi cuaca yang tersebut tidak ada menentu.
Salah satu contoh nyata dari bahaya hipotermia terjadi di insiden pendakian pada Puncak Carstensz yang menimpa rombongan Fiersa Besari baru-baru ini. Dalam tragedi di area sana, dua pendaki perempuan, Lilie Wijayati lalu Elsa Laksono, meninggal dunia pada Puncak Carstensz diduga akibat mengalami hipotermia.
Lalu, apa belaka sebenarnya penyulut hipotermia di tempat gunung? Berikut ulasannya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber:
Penyebab Hipotermia di tempat Gunung
Melansir MayoClinic, hipotermia merupakan sebuah kondisi yang terjadi pada waktu suhu inti tubuh turun pada bawah 95 derajat Fahrenheit (35 derajat Celsius). Saat mengalami hipotermia, tubuh kehilangan panas lebih banyak cepat daripada kemampuannya memunculkan panas, sehingga menyebabkan suhu tubuh rendah yang dimaksud berbahaya.
Dampak dari hipotermia sendiri sanggup memunculkan gangguan fungsi organ yang digunakan kemudian dapat berakibat fatal apabila tidaklah segera ditangani. Berikut adalah beberapa faktor utama hipotermia ketika mendaki gunung.
1. Cuaca Dingin serta Angin Kencang
Suhu dalam gunung bisa jadi turun drastis, bahkan dapat menjadi sangat rendah pada kondisi cuaca tertentu. Paparan suhu rendah yang dimaksud mampu menyebabkan seseorang terkena hipotermia.
Belum lagi, adanya angin kencang juga dapat memperburuk kondisi. Fenomena yang disebutkan mampu memunculkan wind chill effect yang tersebut dapat mempercepat hilangnya panas tubuh juga meningkatkan risiko hipotermia.
2. Perlengkapan Mendaki yang mana Tidak Memadai
Pendaki seharusnya mempersiapkan sejumlah hal sebelum mulai mendaki, termasuk pakaian yang digunakan aman. Kesalahan pada pemilihan pakaian dapat meningkatkan prospek terkena hipotermia ketika mendaki.
Contohnya, pakaian yang mana tiada tahan air atau angin mampu menciptakan tubuh lebih banyak rentan terhadap dingin. Apabila baju basah akibat hujan, salju, atau keringat, tubuh dapat kehilangan panas 25 kali tambahan cepat jika dibandingkan dengan pada waktu kering.
Selain itu, ada juga kondisi seperti kurangnya sarung tangan, kaus kaki, atau pelindung kepala yang tersebut menimbulkan panas tubuh lebih besar cepat keluar.
3. Tidak Prima pada waktu Mendaki
Mendaki gunung tentu membutuhkan berbagai energi. Biasanya, pendaki yang lelah, kurang tidur atau mengidap kondisi tertentu dapat lebih tinggi rentan terhadap hipotermia.
Singkatnya, tubuh yang tersebut tiada di kondisi prima akan kesulitan untuk menjaga suhu tubuh masih stabil di situasi ekstrem.
Selain itu, pendaki juga perlu meyakinkan sudah minum dengan cukup. Hal ini untuk menghindari kemungkinan dehidrasi, lantaran suhu tubuh terus mencari upaya untuk menghangatkan kembali secara alami.
Demikian ulasan mengenai banyak pemicu hipotermia pada gunung yang tersebut bisa jadi diketahui. Semoga bermanfaat kemudian bisa jadi menjadi perhatian bersama, khususnya bagi Anda yang digunakan inginmendakigunung.
- Cartenz Group-JSC Kembangkan Aplikasi JEJAK Bantu Pengendalian Pandemi di tempat DKI
- 5 Fakta Lilie Wijayati serta Elsa Laksono, 2 Sahabat yang mana Meninggal di tempat Puncak Carstensz