Ledifha.com – JAKARTA – eksekutif sedang menyiapkan proposal pada rangka negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS), yang dimaksud fokus pada upaya menghurangi defisit perdagangan USD18 miliar. Adapun Menteri Koordinator Lingkup Perekonomian, Airlangga Hartarto akan mengawasi negosiasi dengan bertemu pemerintah Amerika Serikat paling lambat 17 April 2025, mendatang.
Menko Airlangga Hartarto mengungkapkan, strategi yang digunakan disiapkan mencakup peningkatan besar impor dari Amerika Serikat lalu evaluasi kebijakan tarif dan juga pajak impor.
“Kita ambil yang dimaksud top 10 Indonesia import kemudian top 10 Indonesia export. Contohnya ekspor Indonesia seperti elektronik lalu sepatu. Tapi komponen yang dimaksud Amerika butuhkan seperti semikonduktor, furniture kayu, hingga copper and gold justru tiada diberlakukan (tarif preferensial),” ujar Menko Airlangga usai konferensi dengan 100 asosiasi di tempat kantornya, Jakarta, Mulai Pekan (7/4/2025).
Berdasarkan data dari Dewan Perekonomian Nasional, top 10 impor Indonesia dari Amerika Serikat adalah (HS: 120190) kacang kedelai, pecah atau tiada dengan tarif, (HS: 271112) propana, cair sebesar, (HS: 290110) hidrokarbon asiklik jenuh, (HS: 999999) komoditas bukan dalam tempat lain ditentukan.
Selanjutnya, (HS: 270112) batubara bitumen, baik atau tidaklah dihancurkan, bukan diaglomerasi dengan tarif, (HS: 230330) menyeduh atau menyuling ampas kemudian sampah, (HS: 271113) butana, cair, (HS: 470321) bubur kayu kimia, soda atau sulfat, selain mutu larut, diputihkan atau diputihkan, konifer, (HS: 880240) Pesawat terbang dan juga tenaga lainnya pesawat dengan berat tanpa muatan diatas 15.000 kg, (HS: 851762) Mesin untuk resepsi, konversi kemudian transmisi.
Menurutnya, Indonesia akan fokus pada sebagian komoditas penting seperti gandum, kapas, lalu migas sebagai bagian dari peningkatan impor dari AS. Selain itu proyek-proyek strategis nasional seperti konstruksi kilang (refinery) juga menjadi potensi untuk mendatangkan komponen dari AS.
Dari sisi kebijakan, pemerintah sedang mengkaji kemungkinan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan fiskal. “Import tarif kita terhadap barang dari Amerika relatif rendah, bahkan untuk wheat juga soybean telah nol persen. Tapi kita juga akan lihat PPh serta PPN impor,” jelasnya.
Adapun pemerintah sedang mempertimbangkan untuk meninjau atau mengevaluasi kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) kemudian Pajak Pertambahan Kuantitas (PPN) yang digunakan dikenakan menghadapi barang-barang impor. Tujuannya bisa jadi jadi untuk mengendalikan impor agar bukan terlalu tinggi atau sebaliknya, untuk menyokong sektor tertentu.
Kemudian untuk meningkatkan jumlah total jumlah beli, menurut Menko Airlangga untuk meningkatkan besar pembelian—kemungkinan besar ekspor atau konsumsi pada negeri terhadap produk-produk lokal. Bisa juga diartikan bahwa pemerintah ingin memperbesar skala pembelian dari luar negeri namun dengan selektif, agar menyokong bidang pada negeri.
Dengan demikian, pemerintah sedang mencari cara untuk mengempiskan defisit perdagangan dengan mengevaluasi pajak impor lalu meningkatkan efisiensi pembelian atau perdagangan, supaya ekspor-impor Indonesia lebih lanjut seimbang.