WHO Butuh Dana Rp2 Trilyun Atasi Penyebaran Global Cacar Monyet

Photo of author

By Bahjah Jamilah

ledifha.com – JAKARTA – Organisasi Kesejahteraan Bumi (WHO) sudah pernah meluncurkan sebuah rencana kesiapsiagaan kemudian respons yang digunakan bertujuan untuk mengkoordinasikan upaya-upaya untuk mengatasi wabah cacar air yang dimaksud mematikan lalu telah dilakukan menjadi keadaan darurat kondisi tubuh global.

WHO mencari dana sebesar USD135 jt setara Rp2 triliun yang dimaksud akan mencakup enam bulan pertama dari rencana yang dimaksud yang mana dimulai pada bulan September, demikian dikatakan di sebuah pernyataan pada hari Mulai Pekan (26/8).

Baca Juga: Thailand Laporkan Kasus Pertama Cacar Monyet Varian Clade 1b yang Lebih Menular

Langkah ini untuk menggalang upaya-upaya yang dijalankan oleh badan kebugaran dunia yang dimaksud dan juga para mitranya untuk menghentikan rantai penularan cacar air dari manusia ke manusia. Kasus-kasus penyakit ini melanda Afrika tengah, menewaskan beratus-ratus orang juga menginfeksi ribuan orang.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk meningkatkan pengawasan dan juga diagnosa, membantu para ilmuwan untuk lebih besar memahami bagaimana virus ini berubah dan juga apa yang mana sebenarnya memacu penyebarannya.

Meskipun Afrika adalah satu-satunya benua di dalam mana penyakit ini mewabah, Afrika bukan menerima vaksin untuk virus ini pada tahun 2022 ketika penyakit menular ini menyebar ke seluruh dunia.

Afrika juga belum mendapatkan vaksin untuk versi yang digunakan baru bermutasi yang tersebut sudah ditetapkan sebagai tingkat kewaspadaan tertinggi WHO.

Sejauh ini, WHO telah lama merogoh dana darurat untuk keadaan darurat untuk memulai proses penanganan wabah ini, Michael Ryan, direktur eksekutif WHO untuk Keadaan Darurat Kesehatan, menyatakan pada awal bulan ini.

Baca Juga: Perbedaan Ciri Cacar Monyet dengan Cacar Air kemudian Campak

Dana yang mana terkumpul juga akan membantu negara-negara merencanakan strategi meminimalkan penularan dari hewan ke manusia, dan juga mendapatkan vaksin, menurut pernyataan tersebut.

Ini juga sudah pernah menjadi tuan rumah pembicaraan selama lebih tinggi dari satu tahun untuk mengembangkan perjanjian pandemi pada mana semua negara anggota berkontribusi. Perjanjian ini akan menjamin akses yang adil terhadap vaksin, diagnostik, kemudian terapi untuk pengobatan.

“Di mana kita kalah adalah dalam mana tak ada komitmen politik, dalam mana ada kebingungan, di tempat mana ada kurangnya koordinasi,” kata beliau disitir dari swissinfo.ch, Selasa (27/8/2024).

Leave a Comment